Efek
induksi dapat diartikan sebagai kemampuan suatu gugus/atom yang terikat dalam
suatu molekul untuk menolak atau menarik elektron, dibandingkan dengan atom
hidrogen dalam molekul yang sama sehingga terjadi polarisasi ikatan) atau
ikatan tunggal. s Efek induksi bekerja melalui ruang dan
ikatan sigma Makin jauh letak gugus/atom yang memiliki efek induksi, makin
kecil pengaruhnya terhadap polarisasi ikatan.
Efek
induksi merupakan pergeseran elektron secara permanen sepanjang cincin yang
terjadi apabila atom atau gugus dengan keelektronegatifan yang berbeda dengan
atom cincin.Elektron tertarik kearah Cl disebut –I.Jika kelektronegatifan atom
atau gugus yang terikat pada rantai karbon lebih kecil dari atom karbon, maka
pergeseran elektron menjahui gugus sepanjang rantai yang disbut efek induksi +I. Nilai
pKa menunjukan bahwa keasaman amonia lebih kuat dari etilamina, pada kasus ini
efek induksi adalah efek pendorong elektron. Gugus alkil pada etilamina
meningkatkan muatan negatif basa konyugasi, sehingga menstabililisasinya
membuat etilamina lebih lemah keasamannya dibanding amonia.
Untuk
mempelajari atau menentukan efek induksi suatu gugus/atom yang terikat pada
senyawa karbon dilakukan pengkajian terhadap keasaman senyawa asam karboksilat
baik berupa senyawa alifatik maupun senyawa aromatik. Perhatikan harga pKa dua
asam karboksilat berikut.
Kekuatan asam metanoat berbeda dengan kekuatan
asam etanoat, asam metanoat lebih kuat. Jika dilihat dari struktur kedua asam
di atas, dapat diperkirakan perbedaan kekuatan asam tersebut disebabkan oleh
pengaruh gugus – CH3. Dibandingkan asam metanoat, kekuatan asam etanoat lebih
lemah. Gugus –CH3 pada asam etanoat mempunyai kemampuan mendorong elektron
ikatan melalui ikatan sigma (C-C-O-H) sehingga atom O menjadi relatif negatif,
akibatnya atom H sukar lepas sebagai H+ , asamnya menjadi lebih lemah. Gugus
–CH3 dikatakan mempunyai efek induksi mendorong elektron dan diberi simbol +I.
Untuk efek induksi gugus/atom lain dapat dipelajari dari harga pKa berikut.
Dilihat dari struktur ketiga asam di atas,
tentunya perbedaan kekuatan asam tersebut dikarenakan adanya substituen –Cl dan
–OH pada asam (2) dan asam (3). Substituen –Cl dan –OH mempunyai kemampuan
menarik elektron ikatan melalui ikatan sigma (C-C-O-H) sehingga atom O menjadi
relatif positif, akibatnya atom H mudah dilepas sebagai H+ dan asamnya menjadi
lebih kuat. Gugus –OH dan –Cl dikatakan mempunyai efek induksi menarik elektron
dan diberi simbol –I. Efek induksi tidak hanya berpengaruh terhadap keasaman
tetapi juga terhadap kebasaan dan kereaktifan senyawa karbon. Kebasaan amoniak
dan metil amonia dapat berbeda karena adanya efek induksi dari gugus –CH3.
Kekuatan
basa dapat ditinjau dari kemampuan molekul/senyawa untuk mendonorkan pasangan
elektron bebasnya. Dilihat dari kekuatan basanya, metil amina lebih kuat
(pKb-nya lebih kecil). Mengapa demikian? Tentunya karena pada metil amina
terdapat gugus –CH3. Gugus –CH3 mempunyai efek induksi mendorong elektron
sehingga pasangan elektron bebas pada atom N lebih mudah didonorkan. Akibatnya
kebasaan metil amina lebih kuat dibandingkan amonia
Berikut
ini urutan reaktivitas induksi –I (penarik elektron) yaitu :
-Cl
> -Br > -I > -OCH3 > -OH > -C6H5
> -CH + CH2 > -H
Sumber :