POLARISABILITAS
Sebuah
ukuran seberapa mudah awan elektron dari atom maupun molekul dapat terdistorsi
untuk menginduksi dipol atau dapat dikatakan bahwa polarizability
(kebolehpolaran) adalah kemudahan terganggunya distribusi elektron dalam suatu
atom atau molekul non polar untuk
membentuk dipol sesaat.
Polarisabilitas
memungkinkan gas-gas yang mengandung atom atau molekul non polar (misalkan O2)
diperoleh dalam bentuk cairnya. Dalam molekul oksigen molekul–molekul elektron
bergerak pada jarak tertentu dari inti.
Pada saat tertentu mungkin saja molekul itu memiliki momen dipol yang
dihasilkan oleh letak tertentu pada elektron-elektron tersebut. Momen dipol ini
disebut dipol sesaat karena dipol ini hanya berlangsung selama sepersekian
detik dan sangat singkat. Pada saat berikutnya elektron tersebut berada pada
tempat yang berbeda dan molekul itu memiliki dipol sesaat yang baru dan
seterusnya. Tetapi, jika dirata-ratakan terhadap waktu (waktu yang diperlukan
untuk melakukan pengukuran momen dipol) molekul tersebut tidak memiliki momen
dipol karena dipol-dipol sesaat saling menghilangkan satu sama lain. Dalam kumpulan
molekul oksigen dapat menginduksi dipol pada setiap molekul oksigen tetangga
terdekatnya. Pada saat berikutnya, dipol sesaat yang berbeda dapat menciptakan
dipol-dipol sementara pada molekul oksigen disekitarnya.
Hal yang penting disini bahwa interaksi semacam ini menghasilkan tarik menarik antara molekul oksigen. London menunjukan bahwa besarnya tarik menarik ini berbanding lurus dengan polarisabilitas atom atau molekul. Polarisabilitas berkaitan dengan massa relatif molekul. Sehingga apabila suatu molekul memiliki jumlah elektron yang besar maka molekul tersebut lebih mudah mengalami polarisabilitas karena elektron yang dimilikinya lebih mudah diganggu sebab letak elektron-elektronya kurang terikat pada inti. Jika semakin besar nomor massa molekul relatif, maka semakin kuat pula gaya london yang bekerja pada molekul itu. Misal, dua molekul propana saling menarik dengan kuat dibandingkan dua molekul metana.
Molekul dengan distribusi elektron besar lebih kuat saling menarik daripada molekul yang elektronnya kuat terikat. Misal molekul I2 akan saling tarik menarik lebih kuat dari pada molekul F2 yang lebih kecil. Dengan demikian titik didih I2 akan lebih besar jika dibandingkan dengan titik didih F2. Molekul yang mempunyai bentuk molekul panjang lebih mudah mengalami polarisabilitas dibandingkan dengan mole ku l de ng an bentuk s ime tris. Mis a l dere ta n hidrokarbon dengan rantai cabang akan mempunyai titik didih lebih rendah jika dibandingkan dengan hidrokarbon dengan rantai lurus. Contohnya pada heksana yang memiliki titik didih 68,7oC sedangkan pada propana titiknya lebih rendah yaitu -42,1oC. Karena heksana memiliki rantai karbon yang lebih panjang dibandingkan pada propana sehingga gaya tarik antar molekul heksana dengan molekul heksana lainnya akan lebih kuat.
Hal yang penting disini bahwa interaksi semacam ini menghasilkan tarik menarik antara molekul oksigen. London menunjukan bahwa besarnya tarik menarik ini berbanding lurus dengan polarisabilitas atom atau molekul. Polarisabilitas berkaitan dengan massa relatif molekul. Sehingga apabila suatu molekul memiliki jumlah elektron yang besar maka molekul tersebut lebih mudah mengalami polarisabilitas karena elektron yang dimilikinya lebih mudah diganggu sebab letak elektron-elektronya kurang terikat pada inti. Jika semakin besar nomor massa molekul relatif, maka semakin kuat pula gaya london yang bekerja pada molekul itu. Misal, dua molekul propana saling menarik dengan kuat dibandingkan dua molekul metana.
Molekul dengan distribusi elektron besar lebih kuat saling menarik daripada molekul yang elektronnya kuat terikat. Misal molekul I2 akan saling tarik menarik lebih kuat dari pada molekul F2 yang lebih kecil. Dengan demikian titik didih I2 akan lebih besar jika dibandingkan dengan titik didih F2. Molekul yang mempunyai bentuk molekul panjang lebih mudah mengalami polarisabilitas dibandingkan dengan mole ku l de ng an bentuk s ime tris. Mis a l dere ta n hidrokarbon dengan rantai cabang akan mempunyai titik didih lebih rendah jika dibandingkan dengan hidrokarbon dengan rantai lurus. Contohnya pada heksana yang memiliki titik didih 68,7oC sedangkan pada propana titiknya lebih rendah yaitu -42,1oC. Karena heksana memiliki rantai karbon yang lebih panjang dibandingkan pada propana sehingga gaya tarik antar molekul heksana dengan molekul heksana lainnya akan lebih kuat.
SUMBER :
terima kasih atas penjelasannya sangat lengkap dan bermanfaat
BalasHapusTerimakasih materinya sangat menarik dan membantu
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung ya
BalasHapusTerima kasih atas pemaparannya
BalasHapusTerimakasih atas pemaparannya, tapi sebaiknya lebih ditambahkan lagi contoh interaksi yg terjadi antar molekul
BalasHapusbaiklah terimakasih atas masukannya.
HapusTerima kasih materinya,sedikit saran akan lebih baik jika penjelasan dilengkapi dengan contoh :)
BalasHapusterimakasih telah berkunjung. sarannya sangat bermanfaat
HapusTerimakasih atas materinya gan
BalasHapusterimaksih telah berkunjung diblog saya
HapusTerimakasih atas materinya, sangat bermanfaat:)
BalasHapus